Sintang, Kalimantan Barat.
Tak bisa dipungkiri bahwa aktivitas PETI di kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sampai saat ini bukan semakin berkurang, fakta menunjukan di tiap kecamatan di kabupaten Sintang baik di daratan maupun di DAS (Daerah Aliran Sungai) semakin banyak mesin-mesin bertenaga besar dikerahkan untuk mengangkat emas.
Harapan keuntungan yang sangat menjanjikan dari aktivitas PETI seperti membutakan mata para pengusaha yang ingin kaya dalam waktu yang singkat menjadikan regulasi atau rambu-rambu yang ada tak berarti lagi.
Banyaknya aktivitas PETI di kabupaten Sintang tak terlepas dari semakin banyaknya penggunaan “AIR RAKSA” atau “MERKURI” yang digunakan oleh para pelaku PETI untuk menyatukan emas yang mereka peroleh sebelum dijual kepada para penampung emas.
Seorang pengamat aktivitas PETI yang biasa dipanggil Bang Man menyoroti masalah perdagangan “AIR RAKSA” atau “MERKURI” yang ternyata merupakan produk yang sangat diperlukan para pelaku PETI.
“Pada tahun 2022 pernah ada seorang yang ditangkap karena melakukan transaksi jual beli “AIR RAKSA” atau “MERKURI” kepada pelaku PETI, di daerah pasar Sungai Durian, Barang Bukti hanya ada 1 Kg saja, tak terungkap siapa sebenarnya Bos dari penjual Air Raksa itu, dia dijatuhi hukuman penjara,” ungkap Bang Man.
“Sampai saat ini tak ada kasus perdagangan barang itu lagi, berapa banyak sudah Air Raksa yang masuk ke Sintang dan digunakan oleh para pelaku PETI?, siapa yang menjadi pelaku pemasok Air Raksa itu?, siapa yang melakukan penjualan kepada para pelaku PETI?, ini pertanyaan yang tak pernah kita cari jawabannya,” celoteh Bang Man.
Bang Man juga menyampaikan harapannya kepada pihak APH (Aparat Penegak Hukum) supaya melakukan penyelidikan dan penindakan.
“Air Raksa yang masuk ke Sintang sudah tentu sangat banyak, ini jelas merupakan masalah hukum dan masalah sosial yang harus terungkap oleh para APH, apakah perdagangan Air Raksa ini adalah bisnis yang “dipelihara” atau bisnis yang harus “dicegah” oleh para APH yang sejatinya mengemban tugas yang sangat mulia,” papar Bang Man dengan gaya seperti orator di mimbar.
“Apakah makna dari “Maling Teriak Maling” apakah makna dari “Penjahat Berseragam” sudah menjadi kajian yang harus kita sosialisasikan, sehingga tak timbul sikap yang percaya bahwa Korupsi telah menjadi kebudayaan yang terus diwariskan kepada generasi penerus bangsa, namun itu juga fakta yang harus kita cegah atau kita pelihara,” celoteh Bang Man yang terkesan sedeng.
“Saya tak menyalahkan siapapun, saya tak menghina atau memfitnah siapapun, jadi jangan saya yang jadi objek penyelidikan dan penindakan, para wartawan ada penyuara yang tak bersuara, pengontrol yang selalu mengontrol, jadi silahkan bingung, strategi Srigala berbulu Domba selalu ada di semua bidang,” ujar Bang Man sambil menikmati Kopi Pancong Pahit yang tinggal ampas.
Timred